Sebuah meja jati yang indah tiba-tiba retak setelah beberapa bulan di rumah pelanggan. Sebuah proyek konstruksi besar tertunda karena kusen pintu yang dipesan melengkung dan tidak bisa dipasang. Skenario ini bukan sekadar mimpi buruk, melainkan kenyataan pahit yang menggerogoti profitabilitas dan reputasi banyak bisnis kayu di Indonesia. Di balik cacat produk yang mahal ini, ada satu pelaku tak terlihat: Kadar Air atau Moisture Content (MC) yang tidak terkontrol.
Banyak yang menganggap kelembaban kayu sebagai detail teknis semata. Kenyataannya, ini adalah fondasi dari kualitas produk. Mengabaikannya sama saja dengan membangun bisnis di atas pondasi yang rapuh.
Artikel ini bukan sekadar panduan teoretis. Ini adalah buku pedoman operasional definitif yang dirancang khusus untuk bisnis kayu di Indonesia. Kami akan mengubah cara Anda memandang kontrol kelembaban—dari sebuah kewajiban yang merepotkan menjadi keunggulan kompetitif yang strategis. Mulai dari pengadaan bahan baku yang memenuhi standar SNI hingga produk akhir yang sempurna, panduan ini akan membekali Anda dengan pengetahuan dan alat untuk menghilangkan cacat, memangkas limbah, dan membangun reputasi yang kokoh di pasar.
- Mengapa Kelembaban Kayu Menentukan Kualitas dan Profitabilitas
- Toolkit Wajib: Standar dan Alat Ukur Kelembaban Kayu
- Integrasi Kontrol Kelembaban di Seluruh Rantai Pasok Kayu
- Solusi Praktis: Mencegah dan Memperbaiki Cacat Akibat Kelembaban
- Kesimpulan: Dari Masalah Teknis Menjadi Keunggulan Strategis
- Referensi
Mengapa Kelembaban Kayu Menentukan Kualitas dan Profitabilitas
Untuk menguasai kontrol kelembaban, pertama-tama kita harus memahami mengapa hal ini sangat krusial. Kayu adalah material higroskopis, artinya ia secara alami menyerap dan melepaskan kelembaban dari udara di sekitarnya untuk mencapai keseimbangan. Proses dinamis inilah yang menjadi sumber kekuatan sekaligus kelemahan terbesar kayu. Jika tidak dikelola dengan benar, interaksi alami ini akan berubah menjadi kerugian bisnis yang nyata.
Penelitian ilmiah secara konsisten menunjukkan betapa signifikannya dampak kadar air. Kadar air yang tinggi tidak hanya membuat kayu lebih berat, tetapi juga dapat menurunkan kekuatan tariknya hingga 25% dan menyebabkan perubahan dimensi (penyusutan atau pembengkakan) hingga 8%. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Wood Science yang secara khusus meneliti 15 spesies kayu Indonesia menemukan korelasi langsung antara perubahan kadar air dengan sifat mekanis fundamental seperti Modulus Elastisitas (MOE) dan Modulus Patah (MOR)[1]. Artinya, setiap persen perubahan kelembaban secara langsung memengaruhi seberapa kuat dan kaku produk akhir Anda.
Bagi para profesional yang ingin mendalami ilmu di balik interaksi ini, Wood Moisture Science Handbook dari USDA Forest Products Laboratory adalah sumber daya yang sangat mendalam.
Apa Itu Kadar Air (Moisture Content – MC) pada Kayu?
Secara sederhana, Kadar Air atau Moisture Content (MC) adalah perbandingan berat air yang terkandung di dalam sepotong kayu terhadap berat kayu itu sendiri saat kering sempurna (oven-dry), yang dinyatakan dalam persentase. Air di dalam kayu ada dalam dua bentuk:
- Air Bebas (Free Water): Air yang mengisi rongga-rongga sel kayu, seperti air dalam sedotan. Air ini adalah yang pertama menguap saat kayu mulai mengering dan tidak terlalu memengaruhi dimensi kayu.
- Air Terikat (Bound Water): Air yang terserap ke dalam dinding sel kayu itu sendiri. Hilangnya atau bertambahnya air terikat inilah yang menyebabkan kayu menyusut, membengkak, melengkung, dan retak.
Tujuan utama dari pengeringan dan kontrol kelembaban adalah untuk mengurangi MC ke tingkat yang sesuai dengan lingkungan di mana produk akhir akan digunakan. Ini mengarah pada konsep krusial: Kadar Air Keseimbangan (Equilibrium Moisture Content – EMC). EMC adalah titik di mana kayu tidak lagi menyerap atau melepaskan kelembaban karena telah mencapai keseimbangan dengan suhu dan kelembaban relatif udara di sekitarnya. Mengarahkan kayu ke EMC yang tepat adalah kunci untuk menciptakan produk yang stabil dan tahan lama.
Dampak Finansial dan Reputasi dari Kadar Air yang Salah
Mengabaikan MC bukanlah sekadar masalah teknis; ini adalah keputusan finansial yang buruk. Dampaknya terasa di seluruh lini bisnis, mulai dari lantai produksi hingga layanan pelanggan.
- Peningkatan Limbah dan Biaya Pengerjaan Ulang: Papan yang melengkung tidak dapat digunakan, panel yang retak harus dibuang, dan sambungan lem yang gagal harus dibuat ulang. Semua ini berarti pemborosan bahan baku, waktu, dan tenaga kerja.
- Kegagalan Produk dan Keluhan Pelanggan: Produk yang dikirim dengan MC yang salah akan terus bergerak. Sebuah lemari yang stabil di pabrik bisa retak di rumah pelanggan yang ber-AC, atau lantai parket yang rata bisa menggembung saat musim hujan. Hasilnya adalah klaim garansi yang mahal, pengembalian produk, dan yang terburuk, kerusakan reputasi merek.
- Masalah Produksi: Kayu yang terlalu basah dapat merusak mesin pengolahan, menumpulkan mata pisau lebih cepat, dan menyebabkan masalah pada proses finishing. Lem tidak akan merekat dengan baik, dan cat atau pernis bisa menggelembung atau gagal mengering dengan sempurna.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang manajer produksi berpengalaman, “Setiap pengiriman yang ditolak oleh klien ekspor karena masalah kelembaban bukan hanya kerugian biaya produksi. Itu adalah kerugian kepercayaan yang butuh bertahun-tahun untuk dibangun kembali. Jauh lebih murah menginvestasikan waktu dan alat untuk mengukur MC di awal daripada menanggung biaya kegagalan di akhir.”
Toolkit Wajib: Standar dan Alat Ukur Kelembaban Kayu
Mengelola kelembaban kayu secara efektif bukanlah soal tebak-tebakan, melainkan soal presisi dan kepatuhan terhadap standar. Memiliki perangkat dan pengetahuan yang tepat adalah langkah pertama untuk mengubah teori menjadi praktik yang menguntungkan. Di Indonesia, acuan kualitas ini ditetapkan baik oleh standar nasional maupun internasional, yang menjadi pedoman bagi produsen yang ingin bersaing di pasar domestik dan global.
Sebuah laporan teknis penting dari The Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) dan The International Tropical Timber Organization (ITTO) menetapkan bahwa standar pengujian kadar air di laboratorium mereka adalah 12% MC. Laporan ini juga menegaskan bahwa pengujian kualitas dilakukan sesuai dengan berbagai standar dunia seperti Standar Industri Indonesia (SII/SNI), ASTM (Amerika), JAS (Jepang), dan EN (Eropa)[2]. Ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman standar bagi industri kayu Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, dokumen Indonesian and International Wood Standards ini memberikan gambaran umum yang sangat baik.
Memahami Standar Nasional (SNI) dan Internasional (ASTM)
Standar adalah bahasa universal kualitas. Bagi bisnis kayu, dua standar yang paling relevan adalah:
- SNI 8949:2020: Ini adalah Standar Nasional Indonesia yang berkaitan dengan kayu dan produk kayu. Mengikuti standar SNI tidak hanya memastikan kualitas produk untuk pasar domestik tetapi juga merupakan tanda komitmen terhadap praktik industri terbaik.
- ASTM D4442: Ini adalah metode pengujian standar dari American Society for Testing and Materials untuk pengukuran kadar air langsung pada kayu dan bahan berbasis kayu. Standar ini sering menjadi acuan bagi pembeli internasional dan merupakan syarat mutlak untuk menembus pasar ekspor, terutama ke Amerika Utara.
Memahami dan menerapkan standar ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan produk Anda diterima, baik oleh pasar lokal yang semakin sadar kualitas maupun oleh pasar ekspor yang memiliki regulasi ketat.
Tabel Referensi: Kadar Air Ideal untuk Kayu Populer Indonesia
Salah satu tantangan terbesar adalah mengetahui “angka yang tepat” untuk MC. Angka ini bervariasi tergantung pada jenis kayu dan, yang lebih penting, aplikasi akhir produk. Berikut adalah tabel referensi praktis untuk beberapa kayu komersial populer di Indonesia.
Jenis Kayu | Aplikasi Penggunaan | Rentang Kadar Air (MC) Ideal | Catatan |
---|---|---|---|
Jati (Tectona grandis) | Furnitur Interior (Kering) | 8% – 12% | Untuk area dengan AC, targetkan batas bawah (8-10%). |
Decking/Furnitur Eksterior | 12% – 18% | Harus diaklimatisasi dengan kondisi luar ruangan. | |
Merbau (Intsia bijuga) | Lantai (Flooring) | 9% – 13% | Sangat stabil, tetapi tetap krusial untuk stabilitas jangka panjang. |
Konstruksi (Kusen, Pintu) | 12% – 15% | Memastikan tidak ada pergerakan setelah instalasi. | |
Bangkirai (Shorea laevis) | Konstruksi Berat Eksterior | 15% – 20% | Kekuatan optimal dicapai saat tidak terlalu kering atau basah. |
Decking Luar Ruangan | 14% – 19% | Tahan cuaca, tetapi MC yang tepat mencegah retak berlebih. | |
Kamper (Dryobalanops spp.) | Kusen, Pintu, Jendela | 12% – 15% | Mengurangi risiko pintu seret atau jendela macet. |
Meranti (Shorea spp.) | Furnitur & Panel Interior | 10% – 14% | Umum digunakan, kontrol MC sangat penting untuk hasil akhir. |
*Catatan: Rentang ini adalah pedoman umum. Selalu pertimbangkan lingkungan akhir (lokasi geografis, penggunaan AC, dll.) untuk penyesuaian yang lebih akurat.
Memilih dan Menggunakan Alat Ukur Kelembaban (Moisture Meter)
Alat ukur kelembaban atau moisture meter adalah investasi paling penting untuk kontrol kualitas. Tanpa alat ini, semua standar dan tabel di atas tidak ada artinya. Ada dua jenis utama yang tersedia di pasar:
Untuk kebutuhan moisture meter, berikut produk yang direkomendasikan:
- Tipe Pin (Destruktif): Menggunakan dua pin logam yang ditusukkan ke dalam kayu untuk mengukur hambatan listrik di antara keduanya. Semakin basah kayu, semakin rendah hambatannya.
- Kelebihan: Memberikan pembacaan yang akurat pada kedalaman tertentu, tidak terlalu terpengaruh oleh kepadatan kayu.
- Kekurangan: Meninggalkan lubang kecil pada permukaan kayu.
- Tipe Tanpa Pin / Pinless (Non-Destruktif): Menggunakan sensor elektromagnetik yang dipindai di atas permukaan kayu. Alat ini mengukur sifat dielektrik kayu untuk menentukan kadar airnya.
- Kelebihan: Cepat, tidak merusak permukaan, dan dapat memindai area yang luas dengan cepat.
- Kekurangan: Pembacaan dapat dipengaruhi oleh kepadatan spesies kayu dan kelembaban permukaan.
Cara Menggunakan Moisture Meter dengan Benar:
- Kalibrasi: Pastikan alat diatur sesuai dengan jenis (spesies) kayu yang diukur. Banyak meter digital memiliki pengaturan untuk berbagai kelompok kepadatan kayu.
- Lokasi Pengukuran: Jangan hanya mengukur di satu titik. Ukur di beberapa lokasi di sepanjang papan—dekat ujung, di tengah, dan di kedua sisi.
- Kedalaman: Untuk meter tipe pin, tusukkan pin sejajar dengan serat kayu. Untuk papan tebal, ukur pada kedalaman sekitar 1/4 hingga 1/5 dari ketebalan papan.
- Hindari Anomali: Jangan mengukur tepat di atas simpul kayu (mata kayu) atau di area yang retak karena dapat memberikan pembacaan yang tidak akurat.
Tips dari Ahli: “Kesalahan paling umum yang saya lihat adalah orang hanya mengukur permukaan. Untuk papan tebal, kelembaban inti bisa jauh lebih tinggi. Selalu potong sampel uji dari tengah tumpukan, ukur intinya, dan bandingkan dengan pembacaan permukaan. Ini memberi Anda gambaran nyata tentang seberapa kering kayu Anda sebenarnya.”
Integrasi Kontrol Kelembaban di Seluruh Rantai Pasok Kayu
Pengukuran kelembaban yang efektif bukanlah aktivitas yang dilakukan sekali saja. Ini adalah sebuah sistem, sebuah proses yang harus diintegrasikan di setiap langkah rantai pasok Anda—mulai dari gerbang pemasok hingga produk jadi dikirim ke pelanggan. Membangun sistem ini adalah cara untuk beralih dari pemadaman kebakaran reaktif menjadi kontrol kualitas proaktif.
Setiap tahap dalam rantai pasok adalah titik kontrol kritis di mana kelembaban dapat—dan harus—diukur dan dikelola. Mengabaikan satu tahap dapat membatalkan semua upaya baik yang dilakukan di tahap lainnya. Untuk bisnis yang ingin mendalami proses pengeringan industri, Guide to Wood Drying and Moisture Control dari USDA adalah referensi teknis yang komprehensif.
Titik Kritis 1: Pengadaan dan Verifikasi Pemasok
Kualitas produk akhir Anda dimulai dari kualitas bahan baku yang Anda terima. Kontrol kelembaban harus dimulai bahkan sebelum kayu tiba di fasilitas Anda.
- Tetapkan Spesifikasi yang Jelas: Jangan hanya memesan “kayu jati kering”. Tentukan spesifikasi MC yang jelas dalam Purchase Order (PO) Anda, misalnya, “Kayu Jati, kiln-dried, dengan MC antara 8% – 12% saat diterima”. Ini memberikan dasar hukum dan teknis jika terjadi perselisihan.
- Verifikasi Saat Kedatangan: Lakukan pengukuran acak pada setiap pengiriman kayu yang datang. Gunakan moisture meter Anda untuk memeriksa beberapa papan dari tumpukan yang berbeda. Catat hasilnya. Ini mengirimkan pesan yang jelas kepada pemasok bahwa Anda serius tentang kualitas.
- Peran SVLK: Selain kualitas, pastikan pemasok Anda mematuhi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Pemasok yang memiliki sertifikasi SVLK dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) cenderung memiliki proses yang lebih terorganisir, yang seringkali berkorelasi dengan kontrol kualitas yang lebih baik.
Gunakan Checklist Spesifikasi Kualitas Kayu untuk Pemasok untuk memastikan setiap pengadaan memenuhi standar yang telah Anda tetapkan.
Titik Kritis 2: Penyimpanan dan Aklimatisasi Bahan Baku
Kayu yang tiba di fasilitas Anda dengan MC yang sempurna bisa menjadi masalah jika tidak disimpan dengan benar, terutama di iklim tropis Indonesia yang lembab.
- Penyimpanan yang Tepat: Simpan kayu di area yang kering, berventilasi baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan. Tumpuk kayu dengan benar menggunakan stiker (ganjal kayu) dengan jarak yang konsisten di antara setiap lapisan papan. Ini memungkinkan aliran udara yang merata dan mencegah kayu menjebak kelembaban.
- Pentingnya Aklimatisasi: Sebelum diolah, kayu harus diberi waktu untuk beraklimatisasi dengan lingkungan bengkel atau pabrik Anda. Pindahkan kayu dari gudang penyimpanan ke area produksi setidaknya beberapa hari (atau minggu, untuk perubahan lingkungan yang drastis) sebelum dipotong. Ini memungkinkan kayu mencapai Kadar Air Keseimbangan (EMC) dengan bengkel Anda, secara signifikan mengurangi risiko pergerakan setelah dirakit.
Di iklim Indonesia yang sangat lembab, investasi pada dehumidifier untuk ruang penyimpanan atau area aklimatisasi dapat memberikan ROI yang cepat dengan mengurangi risiko pembengkakan kayu dan pertumbuhan jamur.
Titik Kritis 3: Pengukuran Selama Proses Produksi dan Finishing
Pengecekan kelembaban tidak berhenti setelah kayu masuk ke lini produksi. Perubahan bisa terjadi saat kayu dipotong (melepaskan tegangan internal) atau dipindahkan antar departemen.
- Sebelum Pengeleman: Pastikan semua komponen yang akan disambung memiliki MC yang serupa (idealanya dalam selisih 1-2%). Perbedaan MC yang signifikan antar komponen adalah penyebab utama kegagalan sambungan lem.
- Sebelum Finishing: Ini adalah salah satu pemeriksaan terpenting. Sebagian besar produk finishing (pernis, cat, pelitur) dirancang untuk diaplikasikan pada kayu dengan MC di bawah 15%. Mengaplikasikan finishing pada kayu yang terlalu basah dapat menyebabkan masalah seperti gelembung, pengelupasan, atau warna yang tidak merata. Ini juga akan “mengunci” kelembaban di dalam, yang pasti akan menyebabkan masalah di kemudian hari.
Dengan mengintegrasikan titik-titik pemeriksaan ini, Anda membangun jaring pengaman kualitas yang menangkap potensi masalah sebelum berubah menjadi cacat produk yang mahal.
Solusi Praktis: Mencegah dan Memperbaiki Cacat Akibat Kelembaban
Meskipun pencegahan adalah strategi terbaik, terkadang masalah tetap terjadi. Memiliki pengetahuan untuk memperbaiki cacat umum seperti papan yang melengkung, dan yang lebih penting, memahami cara mencegahnya melalui desain yang cerdas, adalah keterampilan yang membedakan pengrajin ahli dari yang lain.
Panduan Perbaikan: Cara Meluruskan Papan atau Pintu yang Melengkung
Papan yang melengkung (warped) adalah salah satu masalah kelembaban yang paling umum. Ini terjadi ketika satu sisi papan mengering atau menyerap kelembaban lebih cepat dari sisi lainnya. Berikut adalah metode perbaikan sederhana:
Alat dan Bahan:
Handuk atau kain tebal, Air hangat, Plastik pembungkus, Klem atau beban berat, Permukaan yang rata dan kokoh.
Langkah-langkah:
- Identifikasi Sisi Cekung: Letakkan papan di permukaan rata. Sisi yang melengkung ke atas adalah sisi cekung (sisi yang lebih kering).
- Lembabkan Sisi Cekung: Basahi handuk dengan air hangat (jangan sampai menetes) dan letakkan di seluruh permukaan sisi yang cekung. Kelembaban akan diserap oleh sisi ini, menyebabkannya mengembang dan perlahan-lahan meluruskan papan.
- Bungkus dengan Plastik: Tutupi handuk basah dan seluruh papan dengan plastik pembungkus untuk menjaga kelembaban agar tidak menguap terlalu cepat.
- Beri Tekanan: Letakkan papan di permukaan yang rata dengan sisi cekung (yang tertutup handuk) menghadap ke atas. Gunakan klem atau beban berat (seperti balok beton atau tumpukan buku) untuk menekan papan hingga rata.
- Tunggu dan Periksa: Biarkan selama beberapa hari, periksa secara berkala. Setelah papan lurus, lepaskan beban, handuk, dan plastik, lalu biarkan kayu mengering secara merata di kedua sisi sambil tetap dijepit ringan agar tidak kembali melengkung.
Safety First: Saat menggunakan beban berat, pastikan tumpukan stabil dan tidak akan roboh. Selalu bekerja di area yang berventilasi baik.
Strategi Pencegahan: Desain, Konstruksi, dan Finishing yang Tepat
Perbaikan bersifat reaktif; pencegahan bersifat proaktif dan jauh lebih efektif. Berikut adalah beberapa strategi fundamental:
- Perhatikan Orientasi Serat: Saat mengelemli beberapa papan menjadi satu panel (misalnya untuk daun meja), susun papan dengan arah lengkung serat (lingkaran tahun) yang berselang-seling (atas, bawah, atas, bawah). Ini akan menyeimbangkan tegangan dan menjaga panel tetap rata.
- Gunakan Teknik Sambungan yang Tepat: Gunakan teknik pertukangan yang memungkinkan pergerakan kayu alami. Contohnya, jangan pernah mengelemli panel kayu solid secara kaku ke dalam rangka. Gunakan teknik seperti klip meja berbentuk Z atau buat lubang sekrup berbentuk lonjong yang memungkinkan panel sedikit mengembang dan menyusut.
- Finishing di Semua Sisi: Ini adalah aturan emas. Selalu aplikasikan jumlah lapisan finishing yang sama di semua sisi dan ujung papan, bahkan di bagian bawah atau belakang yang tidak terlihat. Ini memastikan kayu menyerap dan melepaskan kelembaban secara merata di semua permukaan, secara drastis mengurangi risiko melengkung.
Seorang desainer furnitur berpengalaman pernah berkata, “Tugas kita bukan melawan kayu, tetapi bekerja bersamanya. Desain yang baik tidak menghentikan pergerakan kayu; ia mengantisipasi dan mengakomodasinya. Itulah rahasia membuat furnitur yang bertahan lintas generasi.”
Kesimpulan: Dari Masalah Teknis Menjadi Keunggulan Strategis
Mengelola kelembaban kayu lebih dari sekadar detail teknis; ini adalah inti dari strategi bisnis yang cerdas di industri perkayuan. Seperti yang telah kita lihat, kadar air yang tidak terkontrol adalah akar penyebab dari pemborosan material, pengerjaan ulang yang mahal, kegagalan produk, dan rusaknya reputasi yang telah dibangun dengan susah payah.
Dengan secara sistematis mengintegrasikan kontrol kelembaban di seluruh rantai pasok Anda—mulai dari menetapkan standar yang jelas bagi pemasok, menerapkan praktik penyimpanan dan aklimatisasi yang benar, hingga melakukan pemeriksaan di titik-titik kritis produksi—Anda dapat secara drastis mengurangi risiko-risiko tersebut. Ini adalah langkah transformatif dari sekadar memproduksi kayu menjadi merekayasa kualitas.
Menguasai kelembaban kayu adalah perjalanan untuk mengubah salah satu tantangan terbesar industri menjadi keunggulan kompetitif Anda yang paling kuat. Dengan pengetahuan, alat, dan proses yang tepat, bisnis kayu Anda di Indonesia tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang dengan menghasilkan produk yang unggul dalam kualitas, stabilitas, dan daya tahan.
Sebagai pemasok dan distributor alat ukur dan uji terkemuka, CV. Java Multi Mandiri memahami betapa krusialnya data yang akurat untuk operasional bisnis Anda. Kami berspesialisasi dalam melayani klien bisnis dan aplikasi industri, menyediakan instrumen presisi seperti moisture meter kayu dan sensor lingkungan yang menjadi tulang punggung sistem kontrol kualitas Anda. Kami berkomitmen untuk menjadi mitra strategis Anda dalam mengoptimalkan operasi dan memenuhi kebutuhan peralatan komersial Anda. Mari diskusikan kebutuhan perusahaan Anda dan temukan bagaimana alat yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bisnis Anda.
Rekomendasi Moisture Meter
Referensi
- Hidayat, W., et al. (2005). Characterization of major, unused, and unvalued Indonesian wood species I. Dependencies of mechanical properties in transverse direction on the changes of moisture content and/or temperature. Journal of Wood Science, 51, 576–583. Diperoleh dari https://jwoodscience.springeropen.com/articles/10.007/s10086-003-0563-5
- The Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA), Ministry of Forestry of Indonesia (MOFI), & The International Tropical Timber Organization (ITTO). (N.D.). Technical Report No. 5: ESTABLISHMENT OF ISWA WOOD PRODUCT QUALITY TESTING LABORATORY: RESOURCES AND SUSTAINABILlTY OF OPERATION. Diperoleh dari http://www.itto.int/files/user/pdf/publications/PD%20286%2004/pd286-04-8%20rev1(I)%20e.pdf