Penanganan Panen dan Pasca Panen Sayur Organik – Sebagian besar petani sering menganggap sepele dalam penanganan panen dan pasca panen sayur, serta tidak dilakukan atau tidak ditangani secara baik sehingga menyebabkan hasil panen banyak yang rusak.
Permintaan sayuran organik banyak diminati oleh konsumen karena tidak mengandung dan tercemar bahan kimia sehingga untuk kesehatan manusia sangatlah baik. Dengan memanfaatkan pupuk kandang yang berlimpah dan potensi air yang ada, petani termotivasi dapat mengembangkan sayur pitchai organic dengan baik. Akan tetapi, para petani juga dapat mempunyai kendala seperti jarak sumber air ke lokasi pengembangan sayuran jauh, dll.
Sedangkan untuk sayuran seperti produk hortikultura lainnya merupakan produk pertanian yang mudah rusak sehingga memerlukan penanganan mulai dari saat panen harus hati – hati agar menghasilkan kualitas panen yang baik dan mempunyai harga jual yang tinggi di pasaran.
Penanganan Panen dan Pasca Panen Sayur Organik
1. Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari kerusakan sayuran saat panen, antara lain :
- Pastikan hasil panen sayuran jangan sampai tergoreng atau terjatuh karena luka yang disebabkan oleh hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya pembusukan.
- Pakailah alat panen yang tajam seperti gunting atau pisau.
- Untuk penampungan hasil panen harus mudah dibersihkan dan kuat dapat menggunakan sebuah keranjang atau wadah.
Setiap jenis sayuran mempunyai spesifik atau berbeda kriteria tanaman yang siap panen. Adapun cara sederhana yang dapat dilakukan pada umumnya sayuran siap panen, antara lain :
- Visual adalah ditunjukan dengan adanya perubahan daun-daun yang sudah mulai mengering, ukuran, bentuk dan warna.Â
- Fisik adalah dapat ditandai dengan cara menghitung jumlah hari setelah benih ditanam hingga siap panen biasanya umur sayuran hanya 45 sampai 60 hari.
Ketika hendak memanen sayur juga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu cabut atau dengan bantuan alat parang dan pisau.
2. Pasca panen
Cara yang dapat dilakukan untuk penanganan setelah panen sayuran, yaitu :
1. Pengumpulan
Agar tidak terjadi penyusutan akibat pengangkutan dari dan ke tempat pengumpulan, lokasi pengumpulan harus dekat dengan lokasi pemanenan dan untuk mencegah hasil panen tidak cepat layu, hasil panen harus terhindar dari kontak langsung sinar matahari.
2. Sortasi
Kegiatan pemisahan sayuran yang berkualitas kurang baik seperti bentuk tidak normal, luka, cacat dan busuk. Pemisahan sayuran ini juga bisa di lakukan di tempat yang teduh.
3. Pembersihan dengan menggunakan air
Tujuan dari pembersihan ini agar sayuran terbebas dari kotoran seperti sisa tanaman yang menempel pada hasil panen.
4. Pengkelasan
Pengkelasan sayuran ini dilakukan berdasarkan warna,ukuran,berat, bentuk dan cacat lainnya agar menghasilkan sayuran yang bermutu baik.
5. Pengemasan
Tujuan kegiatan pengemasan adalah untuk menciptakan daya tarik bagi konsumen, menjaga kebersihan, dan mencegah atau melindungi sayuran dari kerusakan mekanis. Bahan yang digunakan untuk kemasan tersebut dapat terbuat dari keranjang anyaman lidi daun gewang atau keranjang bambu, plastik, dll.
6. Pemasaran
Para petani produsen akan langsung menjual hasil panennya di pasar kepada petani lain atau konsumen.
Hati-hati Terjebak Label Makanan Organik, Kenali Ciri-cirinya
Saat ini makanan organik sedang mengalami kepopulerannya di sana-sini sebagai makanan yang lebih bergizi dan menyehatkan dibandingkan dengan makanan non-organik. Padahal aslinya anggapan itu tak sepenuhnya benar.
Menurut beberapa ahli dikatakan bahwa nutrisi yang terkandung dalam buah dan sayuran organik tak ada bedanya dengan buah dan sayuran biasa. Bahkan menurut para ahli pun mengatakan bahwa di bahan pangan organik masih ditemukan bakteri yang bikin orang diare.
Padahal selama ini makanan organik sangatlah dianggap lebih menyehatkan karena bebas pestisida. Dalam kenyataannya, tinggi-rendahnya pestisida tidak mempengaruhi kandungan gizi suatu makanan. Akan tetapi, sudah banyak orang yang terlanjur percaya menganggap bahwa dengan adanya label makanan organik dapat memastikan produk itu lebih menyehatkan dan bergizi.Â
Bahkan sejumlah orang ada yang tertipu karena mengira suatu produk yang diberi label makanan organik akan mengandung gula lebih sedikit daripada yang tak diberi label. Padahal sebenarnya kandungan gula dari kedua jenis produk tersebut sama persis. Anggapan inilah yang tertanam dalam pikiran banyak orang saat berbelanja di swalayan atau supermarket tiap awal bulan. Mereka akan lebih memilih beragam produk organik mulai dari beras, mi, buah, ayam, sayur hingga bumbu-bumbuan.
Hal tersebut terjadi karena mereka percaya bahwa keluarganya bakal lebih mendapat banyak gizi jika mengkonsumsi bahan-bahan organik meski rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli produk organik yang harganya memang lebih mahal dibanding produk-produk non-organik.
Akan tetapi, jangan terlalu khawatir akan hal tersebut walaupun gizi dari produk organik tak sebanyak yang diomongkan, namun lantas tak sia-sia duit yang kalian keluarkan untuk menebus produk organik itu.
Sebab, makanan organik tetap memiliki poin aman karena tidak mengandung pestisida. Zat pestisida itu sendiri dapat menyebabkan bayi lahir cacat hingga penyakit kanker. Karena itu, kita tetap dapat lebih memastikan kesehatan keluarga dengan memilih makanan organik.
Ciri-ciri produk organik
Pertanyaan yang muncul setelahnya adalah “apakah makanan yang diberi label organik itu pasti dihasilkan lewat proses yang benar-benar organik?” Namun sayangnya jawabannya adalah “tidak”.
Untuk memastikan keorganikan makanan itu, berikut beberapa cara untuk melihat ciri-ciri dari makanan organik :
1. Periksa label
Cara pertama yang dapat kita lakukan untuk membuat keluarga tetap sehat adalah pastikan selalu memeriksa label sebelum membeli bahan pangan. Minimal 90 persen mengandung bahan alami, produk makanan tersebut dapat disebut organik. Walaupun sudah ada stempel organik namun di label itu masih ada tertulis bahan kimia yang banyak, sebaiknya urungkan niat untuk membelinya.
2. Cek sertifikasi
Di Indonesia, produk organik wajib melewati pemeriksaan badan sertifikasi yang diterbitkan Kementerian Pertanian bernama Bio Cert. Sedangkan di Amerika ada sertifikat label makanan organik bernama USDA dari Departemen Pertanian Amerika Serikat.
3. Perhatikan tampilan
Ciri-ciri dari produk organik seperti sayur dan buah tak bisa diakali dalam segi penampilan. Sayur dan buah organik tidak mengkilap serta berwarna cerah dan segar. Selain itu sayur ataupun buah organik juga akan terdapat lubang-lubang bekas gigitan ulat yang artinya sayur atau buah itu bebas pestisida. Hal tersebut terjadi karena ulat tidak mau memakan bahan pangan yang terpapar pestisida.
Konsep organik
Mengembalikan segala jenis bahan organik ke tanah, seperti limbah tanah dan hewan atau residu merupakan pengertian dari konsep pertanian organik. Bahan organik inilah yang akan membuat tanah subur, dan nantinya tanah yang subur ini dapat membuat tanaman tumbuh lebih baik dan bagus.
Oleh sebab itu, pertanian organik tidak boleh memakai bahan kimia, seperti pembasmi hama buatan pabrik atau pupuk kimia. Hal tersebut dapat membuat rusaknya alam atau tanah menjadi kurang berkualitas.
Pertanian organik ini memiliki tujuan untuk membangun ekosistem yang baik bagi lingkungan, hewan, manusia dan tanaman. Oleh karena itu dengan kita mengkonsumsi makanan organik, secara tidak langsung kita juga telah andil dalam pelestarian alam. Sehingga dapat disimpulkan ada dua manfaat yang kita peroleh dari mengkonsumsi produk dengan label organik yaitu pertama kita bebas dari bahaya pestisida dan kedua kita membantu keberlangsungan bumi agar bisa dinikmati anak-cucu kita kelak.