
Pernahkah Anda mengembangkan formulasi suspensi herbal yang sempurna, hanya untuk melihatnya mengendap setelah beberapa minggu? Atau membuat sirup dengan kekentalan yang pas, namun batch produksi berikutnya ternyata jauh lebih encer? Masalah seperti ini bukan sekadar gangguan kecil; ini adalah cerminan dari ketidakstabilan formulasi yang dapat merusak kualitas produk, kepercayaan konsumen, dan pada akhirnya, reputasi bisnis Anda.
Ketidakstabilan produk adalah momok bagi para formulator dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di industri herbal. Namun, ada satu parameter kunci yang seringkali menjadi akar sekaligus solusi dari masalah ini: viskositas. Mengontrol kekentalan bukan hanya soal estetika, melainkan pilar utama dalam menjamin stabilitas dan kualitas produk.
Artikel ini adalah panduan komprehensif Anda, dari teori hingga praktik, untuk menguasai pengukuran viskositas sebagai strategi utama dalam menciptakan produk herbal yang stabil dan unggul. Kami akan membedah mengapa viskositas sangat krusial, bagaimana cara mengukurnya dengan benar, dan strategi formulasi apa yang bisa Anda terapkan untuk mengatasi masalah stabilitas sekali dan untuk selamanya. Mari kita ubah tantangan formulasi menjadi produk berkualitas tinggi yang siap bersaing di pasar.
Dalam konteks sediaan herbal, viskositas adalah istilah ilmiah untuk “kekentalan” atau resistensi cairan terhadap aliran. Ini adalah parameter mutu fisik yang fundamental dan diatur dalam standar resmi seperti Farmakope Indonesia. Namun, perannya jauh melampaui sekadar angka di lembar spesifikasi. Viskositas secara langsung memengaruhi hampir setiap aspek kualitas produk yang dirasakan oleh konsumen dan efektivitas sediaan itu sendiri.
Seorang formulator berpengalaman akan setuju bahwa viskositas yang tepat adalah kunci penerimaan produk. Bayangkan sebuah sirup obat batuk herbal: jika terlalu encer, konsumen akan meragukan potensinya dan dosisnya mungkin tidak akurat. Sebaliknya, jika terlalu kental, akan sulit dituang dan ditelan. Untuk sediaan topikal seperti gel atau krim, viskositas menentukan kemudahan pengaplikasian, penyerapan, dan sensasi di kulit.
Lebih dari itu, viskositas adalah penjaga stabilitas fisik. Pada sediaan suspensi, di mana partikel ekstrak tidak larut dan tersebar dalam cairan, viskositas yang optimal akan menahan partikel-partikel tersebut agar tidak cepat mengendap. Ini memastikan bahwa setiap sendok yang dikonsumsi mengandung dosis zat aktif yang seragam dari awal hingga akhir botol. Oleh karena itu, mengukur dan mengontrol viskositas bukanlah pilihan, melainkan keharusan untuk menjamin kualitas, keamanan, dan konsistensi produk herbal Anda.
Stabilitas formulasi adalah kemampuan produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya—seperti saat pertama kali dibuat—selama periode penyimpanan dan penggunaan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan bahwa stabilitas produk yang tidak memadai dapat menyebabkan perubahan pada karakteristik fisik, kimiawi, dan mikrobiologi[1]. Untuk memastikan produk herbal Anda tetap aman dan efektif, Anda harus menjaga tiga pilar stabilitas berikut:
Untuk mengevaluasi ketiga pilar ini, industri farmasi mengikuti pedoman uji stabilitas yang ketat. Menurut BPOM, kondisi umum untuk uji stabilitas jangka panjang di wilayah ASEAN (zona iklim IV B) adalah pada suhu 30ºC dan kelembaban relatif 75%[1]. Uji ini dilakukan dalam jangka panjang (real time) dan dipercepat (accelerated) pada kondisi yang lebih ekstrem untuk memprediksi umur simpan produk.
| Jenis Stabilitas | Parameter Kritis yang Diuji | Contoh Masalah |
|---|---|---|
| Fisik | Warna, Bau, Rasa, pH, Viskositas, Homogenitas, Sedimentasi | Suspensi mengendap, sirup menjadi keruh, warna memudar |
| Kimia | Kadar atau Potensi Zat Aktif, Produk Degradasi | Khasiat produk menurun, terbentuknya senyawa baru |
| Mikrobiologi | Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK) | Tumbuhnya jamur pada permukaan sirup, bau asam |
Untuk mendalami regulasi resmi, Anda dapat merujuk pada Pedoman Uji Stabilitas BPOM yang menjadi acuan utama industri.
Mengukur viskositas tidak harus rumit atau mahal. Kuncinya adalah memilih alat yang tepat untuk jenis produk Anda dan mengikuti prosedur yang benar. Bagi formulator dan UMKM herbal, memahami dua jenis viskometer utama sudah cukup untuk memulai kontrol kualitas yang efektif.
Diagram Alir Pemilihan Viskometer:
Untuk sebagian besar produk herbal cair dan semi-padat, viskometer rotasi adalah pilihan yang paling serbaguna dan andal.
Viskometer Brookfield adalah alat yang paling umum digunakan dalam industri farmasi untuk mengukur viskositas. Berikut adalah prosedur dasar yang dapat Anda adaptasi:
Sebuah studi kasus nyata dalam penelitian formulasi gel ekstrak daun binahong menunjukkan aplikasi metode ini, di mana “pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dengan spindle dan kecepatan 70 rpm” untuk mengevaluasi stabilitas fisik sediaan[2].
Tips dari Formulator:
- Konsistensi Suhu adalah Kunci: Selalu ukur viskositas pada suhu yang sama untuk setiap batch. Gunakan penangas air (water bath) untuk menjaga suhu sampel tetap stabil selama pengukuran.
- Hindari Gelembung Udara: Gelembung yang terperangkap di sekitar spindel akan menyebabkan pembacaan yang salah dan tidak stabil. Aduk sampel secara perlahan sebelum pengukuran untuk menghilangkannya.
- Volume Sampel yang Cukup: Pastikan Anda menggunakan volume sampel yang cukup dalam wadah yang sesuai (biasanya beaker glass) agar spindel tercelup sempurna tanpa menyentuh dasar atau dinding wadah.
Angka viskositas yang Anda dapatkan adalah data kuantitatif yang sangat berharga. Nilai ini menunjukkan seberapa kental produk Anda dan dapat digunakan sebagai standar kualitas untuk setiap batch produksi.
Sebagai acuan umum, nilai viskositas yang baik untuk sediaan suspensi herbal umumnya berkisar antara 100-3000 cP. Rentang ini cukup kental untuk memperlambat pengendapan partikel, namun masih cukup encer untuk dapat dituang dengan mudah.
Penting juga untuk memahami sifat alir produk Anda.
Dengan mengukur viskositas pada beberapa kecepatan RPM, Anda dapat membuat rheogram (grafik sifat alir) untuk memahami bagaimana produk Anda akan berperilaku saat disimpan dan saat digunakan oleh konsumen.
Viskositas bukanlah parameter yang berdiri sendiri; ia memiliki hubungan sebab-akibat yang langsung dengan stabilitas fisik, terutama pada sediaan suspensi. Hubungan ini dapat dijelaskan secara sederhana melalui Hukum Stokes.
Hukum Stokes menyatakan bahwa kecepatan pengendapan partikel dalam suatu cairan berbanding terbalik dengan viskositas cairan tersebut. Artinya, semakin tinggi viskositas (semakin kental cairannya), semakin lambat partikel akan mengendap. Sebaliknya, jika viskositas terlalu rendah (terlalu encer), partikel ekstrak herbal akan dengan cepat turun ke dasar botol, menyebabkan caking (endapan keras yang sulit didispersikan kembali).
Oleh karena itu, perubahan viskositas selama penyimpanan adalah lonceng alarm pertama yang menandakan adanya ketidakstabilan. Jika sirup herbal Anda menjadi lebih encer seiring waktu, ini adalah indikator kuat bahwa struktur formulasinya mulai rusak, yang akan segera diikuti oleh masalah lain seperti pengendapan atau pemisahan fase. Memantau viskositas secara berkala selama uji stabilitas adalah cara proaktif untuk mendeteksi masalah sebelum menjadi nyata secara visual. Untuk referensi akademis lebih lanjut, Anda bisa membaca tinjauan ilmiah mengenai Parameter Uji Viskositas Sediaan.
Untuk melihat dampak langsung dari viskositas yang tidak tepat, mari kita lihat sebuah studi kasus dari penelitian ilmiah. Sebuah tim peneliti mengembangkan formulasi sirup antelmintik dari ekstrak bawang putih. Setelah formulasi selesai, mereka melakukan serangkaian uji mutu fisik, termasuk pengukuran viskositas[3].
Hasilnya sangat jelas: formulasi sirup yang mereka buat tidak memenuhi persyaratan viskositas yang ditetapkan standar. Sirup tersebut terlalu encer. Analisis para peneliti langsung menunjuk pada akar masalahnya: “Faktor yang menyebabkan produk tidak memenuhi persyaratan viskositas adalah karena dalam formula tidak ditambahkan bahan pengental”[3].
Studi kasus ini adalah pelajaran yang sempurna bagi para formulator. Kegagalan produk bukan disebabkan oleh bahan aktif yang buruk, melainkan oleh kurangnya komponen pendukung yang krusial untuk mencapai struktur fisik yang diinginkan. Ini membuktikan bahwa tanpa kontrol viskositas yang tepat melalui penambahan suspending agent atau pengental, bahkan formulasi dengan bahan aktif terbaik pun bisa gagal dalam uji kualitas dan stabilitas.
Memahami masalah adalah langkah pertama; menerapkan solusi adalah langkah selanjutnya. Mengontrol viskositas dan menjamin stabilitas memerlukan pendekatan strategis yang dimulai dari meja formulasi hingga proses produksi. Semua strategi ini harus berlandaskan pada kerangka kerja Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) untuk memastikan kualitas yang konsisten dan terstandar.
Bahan pengental adalah senjata utama Anda untuk mengendalikan viskositas. Pemilihan bahan yang tepat bergantung pada jenis sediaan, target viskositas, dan karakteristik bahan aktif Anda. Berikut adalah perbandingan beberapa bahan pengental yang umum digunakan:
| Bahan Pengental | Sumber | Konsentrasi Tipikal | Kelebihan | Kekurangan |
|---|---|---|---|---|
| Na-CMC (Natrium CMC) | Semi-sintetis | 0.5 – 2.0% | Efektif, mudah didapat, stabil pada rentang pH luas | Bisa mengurangi rasa, rentan terhadap mikroba |
| PGA (Pulvis Gummi A.) | Alami (Akasia) | 5 – 15% | Alami, emolien yang baik, cocok untuk emulsi | Butuh konsentrasi tinggi, viskositas bervariasi |
| Xanthan Gum | Alami (Fermentasi) | 0.1 – 1.0% | Sangat efisien, stabil terhadap suhu & pH, sifat alir baik | Bisa terasa lengket, harga relatif lebih tinggi |
| Karbopol (Carbomer) | Sintetis | 0.1 – 0.5% | Membentuk gel jernih, sangat efisien pada konsentrasi rendah | Membutuhkan netralisasi (penyesuaian pH) untuk mengental |
Selain bahan pengental, beberapa faktor lain memainkan peran penting dalam menjaga viskositas dan stabilitas:
| Eksipien | Fungsi | Contoh Umum | Konsentrasi Efektif (Tipikal) |
|---|---|---|---|
| Pengawet | Mencegah pertumbuhan mikroba | Metilparaben (Nipagin), Propilparaben (Nipasol) | 0.05 – 0.25% |
| Antioksidan | Mencegah oksidasi zat aktif | Asam Askorbat (Vitamin C), Tokoferol (Vitamin E) | 0.01 – 0.1% |
Jika Anda menghadapi masalah stabilitas, gunakan tabel ini untuk membantu mendiagnosis dan menemukan solusi yang tepat.
| Masalah Teridentifikasi | Kemungkinan Penyebab Utama | Solusi Strategis yang Dapat Diterapkan |
|---|---|---|
| Suspensi cepat mengendap | Viskositas terlalu rendah; Ukuran partikel tidak seragam. | Tingkatkan konsentrasi suspending agent (misal: Na-CMC); Optimalkan proses pengecilan ukuran partikel (homogenisasi). |
| Produk menjadi encer saat disimpan | Degradasi polimer pengental; Aktivitas mikroba. | Pilih pengental yang lebih stabil terhadap pH/suhu; Periksa efektivitas sistem pengawet, tingkatkan jika perlu. |
| Terbentuk endapan keras (caking) | Viskositas sangat rendah; Interaksi antar partikel. | Tambahkan flocculating agent untuk membentuk endapan ringan; Tingkatkan viskositas secara signifikan. |
| Warna atau bau berubah | Oksidasi zat aktif; Paparan cahaya; Kontaminasi mikroba. | Tambahkan antioksidan; Gunakan kemasan botol kaca gelap; Evaluasi kembali sistem pengawet yang digunakan. |
Viskositas bukanlah sekadar angka teknis dalam formulasi herbal; ia adalah parameter strategis yang menjadi jantung dari stabilitas, kualitas, dan penerimaan produk. Dari mencegah suspensi mengendap hingga memastikan dosis yang seragam, kontrol viskositas yang cermat adalah jembatan antara formulasi yang bermasalah dan produk unggulan yang dipercaya konsumen.
Dengan memahami pilar-pilar stabilitas, menguasai metode pengukuran praktis menggunakan alat seperti Viskometer Brookfield, dan menerapkan strategi formulasi yang cerdas—seperti pemilihan bahan pengental dan kontrol parameter kritis—Anda kini memiliki pengetahuan dari A hingga Z. Anda tidak hanya mampu mendiagnosis masalah, tetapi juga secara proaktif merancang produk herbal yang konsisten, efektif, dan memiliki umur simpan yang andal. Inilah saatnya untuk menerapkan pengetahuan ini dan mengangkat kualitas produk Anda ke level berikutnya.
Untuk mendukung operasional bisnis dan proses kontrol kualitas di perusahaan Anda, CV. Java Multi Mandiri hadir sebagai mitra terpercaya. Kami adalah supplier dan distributor alat ukur dan uji, termasuk berbagai jenis viskometer yang esensial untuk industri herbal dan farmasi. Kami tidak hanya menyediakan instrumen, tetapi juga solusi untuk membantu perusahaan Anda mengoptimalkan produksi dan memastikan setiap produk memenuhi standar kualitas tertinggi. Untuk mendiskusikan kebutuhan perusahaan Anda, silakan hubungi tim ahli kami melalui halaman kontak kami.
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bertujuan untuk edukasi dan tidak menggantikan saran profesional dari apoteker atau formulator berkualifikasi. Selalu patuhi pedoman CPOTB dan regulasi BPOM yang berlaku.

Pengiriman Produk
Ke Seluruh Indonesia
Gratis Ongkir
S & K Berlaku
Garansi Produk
Untuk Produk Tertentu
Customer Support
Konsultasi & Technical
Distributor Resmi AMTAST di Indonesia
AMTAST Indonesia di bawah naungan Ukurdanuji (CV. Java Multi Mandiri) merupakan distributor resmi AMTAST di Indonesia. AMTAST adalah brand instrumen pengukuran dan pengujian ternama yang menyediakan berbagai macam alat ukur dan uji untuk laboratorium dan berbagai industri sesuai kebutuhan Anda.
© 2025 Copyright by CV. Java Multi Mandiri